I. Latar
belakang
Dari tahun ke tahun, bumi kita mengalami banyak
perubahan. Perubahan itu terjadi baik dalam hal fisik , sosial, maupun
interaksi yang ada di dalamnya. Berbagai perubahan tersebut dapat terjadi
secara alami maupun karena perbuatan manusia, di mana dampak yang diakibatkan
bukan hanya bersifat menguntungkan, tetapi dapat juga bersifat merugikan.
Keadaan bumi akan menjadi buruk jika kita tidak mengetahui dan memahami ilmu –
ilmu yang terkait dengan bumi dan kehidupannya. Selaras dengan semakin majunya
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini, manusia seharusnya dapat
menyinergikan bidang terapan tersebut untuk mempelajari bumi secara mendalam.
Dengan adanya keseimbangan eksplorasi dan eksploitasi terhadap bumi maka
diharapkan nantinya, bumi dan makhluk hidup yang ada termasuk manusia bersama –
sama mendapatkan keuntungan untuk membangun masa depan yang lebih cerah. Salah
satu bidang terapan yang menyinergikan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk mempelajari bumi adalah bidang ilmu Geomatika yang termasuk sebagai salah
satu cabang bidang ilmu kebumian.
II.
Permasalahan
yang Dihadapi
Issue mengenai pemanasan global atau global warming sampai
saat ini masih belum juga bisa teratasi dengan baik. Yang terjadi malah kondisi
sebaliknya dimana polusi semakin parah dan kondisi bumi kita semakin tidak
baik. Sebenarnya apa penyebab sehingga keadaan bumi kita menjadi sedemikian
panas dan tidak nyaman?
Siapa yang menyebabkan semua ini sehingga bisa semakin
merusak ekosistem dan keadaan bumi yang tadinya alami menjadi rusak. Tentu saja
semua itu adalah ulah di balik manusia-manusia pintar ini. Mahkluk yang
seharusnya menjaga dan melestarikan malah merusak bumi yang notabene sebagai
rumah tempat tinggal nya sendiri.
III.
Solusi
a.
Cara
Meminimalisir Global Warming:
jika memang kita tidak bisa menghapuskan issue global warming
sepenuhnya dari bumi kita maka setidaknya kita membantu bumi kita untuk
pelan-pelan mendapatkan nafasnya kembali sehingga kita sebagai manusia juga
yang akan lebih diuntungkan.
Jika bumi sehat maka tidak akan ada lagi bencana tanah
longsor, banjir, air bah dan lainnya. Kebanyakan dari bencana alam yang datang
ke kita adalah akibat dari ulah manusia itu sendiri yang tidak pernah sadar
untuk mencintai dan merawat kelangsungan lingkungannya.
Cara yang pertama adalah dengan mengurangi penggunaan tissu.
Tahukah anda jika tissue terbuat dari setiap lembar kulit kayu atau bahkan kayu
yang telah diolah? Bayangkan saja jika manusia menggunakan tissue satu bungkus
setiap harinya maka ada berapa juta pohon yang harus ditebang dan dipangkas
dari habitatnya.
Jika manusia bertanggung jawab dengan perbuatannya maka
sehabis menebang pohon dia akan menanaminya kembali sehingga hutan tidak akan
gundul dan juga hutan tidak akan menjadi kering kerontang akibat gersangnya dan
kurangnya air tanah.
Selain itu penggunaan kertas yang berlebihan juga sama saja
dengan memangkas hak bumi untuk hidup dengan baik. Apa jadinya jika semua lahan
disulap jadi perumahan dan pertokoan juga bangunan pencakar langit yang tinggi?
Apakah semua kenyamanan itu sifatnya abadi? Tentu saja tidak.
Kita tidak bisa hidup tanpa hutan, tanpa alam yang bersih dan
sehat, tanpa melestarikan tanaman, tumbuhan dan hwan sekitar seperti dijaman
dahulu kala. Saat ini, sangat jarang ditemukan adanya sungai yang mengalir
bersih dengan sejuknya air khas pegunungan, yang ada malah berganti dengan
sungai yang tertimbun sampah hingga menggunung.
b. Persediaan air bersih di bumi
Air
bersih adalah salah satu jenis sumber daya alam berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Komposisi air di
bumi adalah 70% dari total permukaan bumi dengan jumlah kira-kira 1,4 ribu juta
kilometer kubik, namun hanya sebagian kecil saja dari jumlah ini yang dapat
benar-benar dimanfaatkan yaitu kira-kira hanya 0,003%. Sebagian besar air
(kira-kira 97%) ada dalam samudera atau laut, dan kadar garamnya terlalu tinggi
sehingga tidak dapat langsung dimanfaatkan. Dari 3% sisanya yang ada (kira-kira
87%), tersimpan dalam lapisan kutub atau sangat dalam di bawah tanah.
Persediaan
air bersih di bumi semakin berkurang dengan adanya dampak dari pemanasan
global. Pemanasan global menyebabkan melelehnya es, glasier dan salju yang
seiring waktu akan menambah parah kelangkaan air di berbagai belahan dunia.
Satu per enam dari penduduk dunia saat ini bergantung pada lelehan glasier dan
tutupan salju untuk air minum dan irigasi pertanian sehingga dengan melelehnya
es tersebut jumlah cadangan air otomatis berkurang dan mengakibatkan air bersih
semakin langka. Berdasarkan hasil studi tahun 2006, Asia diperkirakan akan
kehilangan 90% sumber air bersih akibat perubahsan iklim terkait global warming.
c. Kemungkinan manusia untuk
pindah ke planet lain
Asal-usul
kehidupan merupakan sebuah misteri. Tidak ada orang yang dapat memecahkan
misteri tersebut dengan metode ilmiah yang tepat. Banyak teori yang bermunculan
baik mengenai asal- usul alam semesta, tata surya maupun kehidupan. Tetapi
tidak satupun diantara teori tersebut yang berhasil mengungkap misteri tersebut
secara jelas.
Salah satu tempat ternyaman yang
diketahui manusia untuk dijadikan tempat tinggal adalah planet kecil dengan
diameter 12.756 km dan 75 % permukaannya tertutup oleh air, terletak di tata
surya Sabuk kuiper, di galaksi Bima Sakti yang kita kenal dengan planet Bumi.
Bumi merupakan satu- satunya planet di tata surya kita yang dihuni oleh makhluk
hidup. Bumi merupakan planet ketiga dari matahari yang mempunyai atmosfer yang
tersusun dari gas nitrogen (N2) 72 %, oksigen (O2) 21 %, sisanya 1 % terdiri
dari gas argon, karbondioksida, ozon, dan gas- gas lain. Atmosfer ini
melindungi makhluk hidup dari sinar matahari dan benda- benda langit yang
tertarik ke bumi.
Kehidupan manusia yang memanfaatkan
sumber daya alam berlebihan, menyebabkan bumi menjadi rusak. Berawal dari
rusaknya bumi, pencemaranpun akan terjadi begitu cepat dan bumi akan menjadi
semakin sesak. Keadaan ini mengakibatkan lapisan pelindung ozon mulai rusak dan
pemanasan suhu secara globalpun tidak dapat terelakkan. Lama kelamaan, hal
tersebut dapat mengakibatkan pencairan es sehingga bumi tertutup oleh air.
Menurut para ilmuwan, jika global
warming ini tidak dicegah dalam waktu dekat, maka 30 % dari makhluk hidup yang
ada sekarang akan musnah pada tahun 2050 karena temperatur bumi terus naik. Isu
Pemanasan Global ini membuat skeptisme tersendiri terhadap keberadaan bumi,
jangan-jangan bumi sudah akan musnah sebelum kiamat. Selain itu dengan semakin habisnya sumber daya alam dan
energi akibat eksplorasi besar-besaran manusia dan konsumsi yang
berlebihan, membuat beberapa orang didunia ini sedang memikirkan potensi
kemungkinan untuk hijrah ke planet lain.
Misi untuk pindah ke planet lain
bukanlah sekedar isapan jempol atupun dongeng tidur belaka. Para peneliti
antariksa sudah mulai memainkan perannya dengan meneliti bagaimana hal tersebut
menjadi mungkin untuk dilakukan. Bukan hal yang mudah untuk meneliti hal ini
karena membutuhkan waktu yang tidak singkat dan biaya yang cukup banyak. Namun
para ilmuwan terus mengemban tugas ini untuk meneruskan peradaban manusia.
Penjelajahan angkasa luar terus
dilakukan. Berbagai misteri seputar kehidupan di angkasa luar memang selalu
menjadi hal yang menarik untuk dieksplorasi. Oleh sebab itu, satelit dan
pesawat angkasa luar terus diorbitkan untuk meneliti angkasa. Pada tahun lalu,
satelit pemburu planet asing milik Prancis –COROT- berhasil merekam sebuah
planet baru di luar tata surya kita. Planet tersebut mengorbit pada sebuah
bintang berjarak 500 tahun cahaya dan serupa dengan bumi. Namun, planet yang
dikenal dengan COROT- 7 b tersebut hanya berjarak 1,6 juta kilometer dari
bintang induknya. Berarti, jarak yang terlalu panas untuk kehidupan lain di
luar bumi, walaupun planet tersebut mempunyai struktur solid yang dapat
ditempati organisme hidup. Setidaknya penemuan ini mengasumsikan akan adanya
planet yang serupa dan berada dalam orbit yang lebih dingin dan nyaman.
Tiga tahun yang lalu tepatnya
pertengahan 2007, sebuah planet yang mirip dengan bumi ditemukan di luar tata
surya kita. Planet ini memiliki air, juga bisa menyokong kehidupan di sana.
Planet ini diberi nama Gliese 581 C. Gliese 581 berada pada jarak yang tidak
terlalu dekat ataupun terlalu jauh dari bintangnya sehingga dapat menjaga
airnya tidak membeku ataupun menguap. Berbicara tentang penemuan ini, Alison
Boyle, kurator bidang astronomi di Museum Sains London mengatakan: “Dari semua
planet yang kami temukan mengelilingi bintang lain, planet ini tampaknya
memiliki syarat paling tepat bagi kehidupan.” Namun tetap saja masih belum
ditemukan adanya kehidupan biologis di sana seperti halnya bumi. Kalaupun
manusia akhirnya berhijrah kesana, hal itu sangat sulit karena jaraknya yang
lebih dari 20 tahun cahaya.
Menyusul penemuan sebelumnya, pada
tahun 2009 tim astronom menemukan planet yang dipastikan memiliki air dan
atmosfer. Planet itu diberi nama GJ 1214, yang kekuatan cahayanya setara dengan
0,3 % matahari. Sekitar 75 % massa planet merupakan air dan sisanya batuan.
Penemuan ini sangat menarik untuk diteliti karena bersama oksigen, air
merupakan syarat terpenting maujudnya kehidupan. Namun seperti
permasalahan temuan sebelumnya, planet ini hanya berjarak 0,0014 AU, itu berarti
jika kita kita mendiami planet itu bisa dipastikan kita akan terpanggang. Kita
juga akan kesulitan beradaptasi dengan waktu yang sangat singkat jika mendiami
planet tersebut, karena planet samudra itu mengitari bintang induknya dengan
selang kurang dari 2 hari.
Para
ilmuan nampaknya tidak main- main dalam upaya pencarian kehidupan di luar bumi.
Badan Luar Angkasa Eropa mengadakan simulasi penerbangan ke planet Mars sebelum
melakukan penerbangan sesungguhnya yang diprediksi pada tahun 2020. Sebanyak enam
relawan asal Eropa keluar dengan kondisi baik dari ruang simulasi kapsul ruang
angkasa di Rusia setelah menghabiskan lebih dari tiga bulan dalam kapsul
tersebut. Penerbangan ke Mars dimaksudkan untuk memastikan struktur planet
tersebut agar bisa ditempati oleh makhluk hidup.
Misi-
misi ke planet merah ini sampai penghujung abad ke- 20 belum menemukan jejak
kehidupan di sana, meskipun sederhana. Namun jika ditelisik lebih mendalam,
keadaan Mars cukup ideal untuk manusia. Suhu udara dan tekanan udara yang cukup
rendah, ditambah dengan komposisi udara yang sebagian besar karbon dioksida
namun masih mengandung oksigen, sehingga kemungkinan manusia masih dapat
bertahan di lingkungan tersebut.
Penjelajahan
ke Mars sendiri sudah dimulai semenjak tahun 1960-an. Mars memang sudah menjadi
incaran para peneliti untuk ditempati manusia apabila pada suatu saat nanti
bumi telah benar- benar tidak layak untuk dihuni. Kolonialisasi mars akan
terwujud jika astronot bersikap seperti pemukim pertama di Amerika. Oleh karena
itu, NASA berniat mengirim astronot berumur 60-an karena mengirim astronot
dalam usia subur bukan ide yang baik. Misi ke luar angkasa dapat mengurangi
usia baik karena kurangnya perawatan medis maupun karena paparan radiasi.
Astronot tersebut diharapkan jadi pionir kolonialisasi manusia di planet merah.
Sejak
tahun 1990, setidaknya ada 300 planet yang berhasil diindetifikasi astronom
yang menyerupai bumi. Yang terpenting adalah planet tersebut mengorbit pada
bintangnya dalam habitable zone, zona yang memungkinkan makhluk hidup tinggal.
Habitable zone diartikan jarak orbit planet dari bintangnya yang memungkinkan
keberadaan air di permukaan planet, dengan kata lain orbit planet itu tidak
terlalu dekat dengan bintang.
Teknologi
bukan menjadi hambatan untuk melakukan penerbangan ke luar angkasa jika manusia benar- benar berniat untuk
hijrah ke planet lain. Dua orang fisikawan asal Universitas Baylor sedang
mengembangkan sebuah alat yang membantu mendorong sebuah benda sehingga dapat
bergerak melebihi kecepatan cahaya. Tetapi permasalahannya sekarang adalah para
pegiat astronomi belum menemukan planet yang memiliki struktur pendukung
kehidupan layaknya bumi yang kita huni ini. Manusia tidak bisa hidup dalam
kondisi ekstrim seperti di luar angkasa.
Tetapi
tidak menutup kemungkinan kita menghijrahkan makhluk hidup lain ke luar angkasa
seperti cacing yang hidup di es metana bisa hidup di Titan (Saturnus), beruang
air (tardigrade) bisa hidup di ruang hampa (angkasa), cacing raksasa pemakan
belerang bisa hidup di Venus, mikroba antartika pemakan besi bisa hidup di
jupiter, bakteri yang mampu bertahan dari radiasi bisa hidup di Mars.
IV.
IV. Kesimpulan
Kita
sebagai manusia sudah seharusnya untuk sadar dan berubah demi masa depan bumi
yang akan mendatang. Kita harus berhenti untuk merusak bumi. Kita harus mulai
dengan menata bumi kembal, kita harus menjaga persediaan air bersih yang ada,
melesatarikan hewan dan tumbuhan yang akan punah, dan merawat dengan
sungguh-sungguh bumi kita untuk masa depan cucu kita kelak. Demi bumi dimasa
mendatang.
Sekian
pembahasan tentang masa depan bumi dimasa mendatang. Mohon maaf bila ada salah
kata dan kekurangan. Terimakasih.
0 komentar:
Posting Komentar